BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Gaya Kepemimpinan
Menurut William H.Newman (1968) dalam Miftah Thoha
(2003;262) kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Dan satu
hal yang perlu diingat bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh
aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja,
asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain
kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada
umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat
yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki
oleh seorang pemimpin yang baik. Meskipun demikian masih tetap sulit untuk
menerapkan seluruhnya, sehingga dalam prakteknya hanya beberapa pemimpin saja
yang dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik dan dapat membawa para
pengikutnya kepada keadaan yang diinginkan. Kepemimpinan dapat dikategorikan
sebagai ilmu sosial terapan (applied social sciences). Hal ini
didasarkan kepada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan prinsip-prinsipnya
mempunyai manfaat langsung dan tidak langsung terhadap upaya mewujudkan
kesejahteraan umat manusia.
Kepemimpinan seperti halnya ilmu-ilmu yang lain,
mempunyai berbagai fungsi antara lain, menyajikan berbagai hal yang berkaitan
dengan permasalahan dalam kepemimpinan dan memberikan pengaruh dalam
menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya dengan pemecahan aneka macam
persoalan yang mungkin timbul dalam ekologi kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai
salah satu cabang ilmu pengetahuan, yang mempunyai peran penting dalam rangka
proses administrasi. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa peran seorang
pemimpin merupakan implementasi atau penjabaran dari fungsi kepemimpinan.
Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran administrator dalam
rangka mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar mau dengan senang
hati untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai
suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola
atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai
dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya
menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya
kepemimpinan.
Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu
pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan
tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard
(1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi
dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat
dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan
unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi.
Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam
bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti
keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang
atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau
pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah
disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan
mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang
pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang
pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard
adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada
saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti
kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya,
tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang
dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan
demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu
pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan
lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
II. Teori dan Macam – macam gaya
Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar
artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah
dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas
organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori
dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori
kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
Ø Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali
di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
·
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
·
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang
dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan
pendirian yang diyakini kebenarannya.
·
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi.Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
·
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya
Ø Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori
ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan
seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat
dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.
Ø Teori Kewibawaan
Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø Teori
Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran
yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa
teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan
(Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya
dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang
lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa
berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas
atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin
yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya
mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi
ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)
berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika
pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan
gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi
yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri,
dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa
saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang
berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa
manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta
memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga
keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
üDemokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan
pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali
Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa
dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua
gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau
dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil
penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai
dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang
dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur,
percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk
dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak
selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel
pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model
kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling
sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini
fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota
( Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi
pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan
atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan,
variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan
situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini
melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan
yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut
atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena
bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya,
akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun
yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan
Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm
situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya
sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya
kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan
oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan
perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya
tersebut adalah :
~Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa
yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus
menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
~Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan
tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam
menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka
untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.
~Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya
dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama
dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik –
teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan
anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang,
untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta
mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
~Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila
staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita
dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan
inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta
sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga
kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai
”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana
seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang
dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara
lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda),
maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan
diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan
situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Q Kemampuan
analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q Kemampuan
untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
Q Kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi
seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran
utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information
processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996
: 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü Peran
Figurehead ® Sebagai
simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan
bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan
kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
üMonitior ® Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi
publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi,
nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau
memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan
pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance
Handler ® Mampu
mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
üResources Allocator ® Mengawasi alokasi sumber
daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram
tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan
dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan
3 macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat
pekerja dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan
individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang
sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan
kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin
bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan
pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah
orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus,
kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat,
membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
Macam – macam gaya kepemimpinan
1.1GayaKepemimpinanOtoriter
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaranminornya.
Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapikomitmennyatinggi.
1.2GayakepemimpinanDemokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Pada kepemimpinandemokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaranminornya.
Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapikomitmennyatinggi.
1.2GayakepemimpinanDemokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Pada kepemimpinandemokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi
1.3GayakepemimpinanBebas
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.Gaya kepemimpinan demokratis kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang paling dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja.
Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. Namun dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.
III. Tipe Gaya
Kepemimpinan
1. Tipe
Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan
karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa
untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan
yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan
teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe
Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih
diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai
berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir
tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe
kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat
menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3. Tipe
Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini
sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi
formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6)
komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe
Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki
ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak
yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail
tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik
terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya
sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan
prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe
Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe
kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh
karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe
Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe
Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe
administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe
Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini
bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis
gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau
keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya
gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam
aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk
mendapatkan manfaat.
JENDELA JOHARI DAN INSTRUMENTASI LEAD
Jendela Johari
Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi. Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. „Jendela‟ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Keempat gambar dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar Jendela Johari
· Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Area terbuka merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Bagi orang yang telah mengenal potensi dan kemampuan dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangannya sangatlah mudah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain sehingga orang dengan Type ini pasti selalu menemui kesuksesan setiap langkahnya, karena orang lain tahu kemampuannya begitu juga dirinya sendiri. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikal sehingga
mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
· Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang. merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri.
· Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Pada daerah ini orang lain tidak mengenal kita sementara kita tahu kemampuan dan potensi kita, bila hal tersebut yang terjadi maka umpan balik dan komunikasi merupakan cara agar kita lebih dikenal orang terutama kemampuan kita, hilangkan rasa tidak percaya diri mulailah terbuka. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim. merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain.
· Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.
Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi
tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul. Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang berbeda dengan orang lain. Gambaran kepribadian di bawah ini dapat memberikan contoh mengenai daerah-daerah dalam Jendela Johari.
Gambar Tahap Jendela Johari :
Jendela Johari
Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi. Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. „Jendela‟ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Keempat gambar dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar Jendela Johari
· Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Area terbuka merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Bagi orang yang telah mengenal potensi dan kemampuan dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangannya sangatlah mudah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain sehingga orang dengan Type ini pasti selalu menemui kesuksesan setiap langkahnya, karena orang lain tahu kemampuannya begitu juga dirinya sendiri. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikal sehingga
mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
· Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang. merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri.
· Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Pada daerah ini orang lain tidak mengenal kita sementara kita tahu kemampuan dan potensi kita, bila hal tersebut yang terjadi maka umpan balik dan komunikasi merupakan cara agar kita lebih dikenal orang terutama kemampuan kita, hilangkan rasa tidak percaya diri mulailah terbuka. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim. merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain.
· Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.
Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi
tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul. Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang berbeda dengan orang lain. Gambaran kepribadian di bawah ini dapat memberikan contoh mengenai daerah-daerah dalam Jendela Johari.
Gambar Tahap Jendela Johari :
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik (Feedback). Tahap pengungkapan diri, orang memperluas daerah C (lihat gambar 2), sedangkan untuk memperluas daerah B dibutuhkan umpan balik dari orang lain (lihat gambar 3). Akhirnya, ia akan mempunyai daerah publik (A) yang semakin luas (lihat gambar 4).
Tes Jendela Johari dilakukan dengan memberi daftar berisi 55 kata sifat kepada subyek tes. Dari 55 kata sifat tersebut, subyek tes akan diminta untuk memilih lima atau enam kata sifat yang paling mencerminkan diri mereka. Anggota peer dari subyek tes ini kemudian akan diberikan daftar yang sama dan diminta untuk memilih lima atau enam kata sifat yang menurut mereka paling menggambarkan pribadi sang subyek tes. Hasil tersebut akan dicek silang dan dimasukkan dalam kuadran-kuadran yang tersedia.
Kelima puluh lima kata sifat tersebut adalah: able, accepting, adaptable, bold, brave, calm, caring, cheerful, clever, complex, confident, dependable, dignified, energetic, extroverted, friendly, giving, happy, helpful, idealistic, independent, ingenious, intelligent, introverted, kind, knowledgeable, logical, loving, mature, modest, nervous, observant, organized, patient, powerful, proud, quiet, reflective, relaxed, religious, responsive, searching, self-assertive, self-
conscious, sensible, sentimental, shy, silly, spontaneous, sympathetic, tense, dan trustworthy.
Dalam pembahasan model ini, Joseph Luft berpendapat bahwa kita harus terus meningkatkan self-awareness kita dengan mengurangi ukuran dari Kuadran 2-area Blind kita. Kuadran 2 merupakan area rapuh yang berisikan apa yang orang lain ketahui tentang kita, tapi tidak kita ketahui, atau lebih kita anggap tidak ada dan tidak kita pedulikan. Mengurangi area Blind kita juga berarti bahwa kita memberbesar Kuadran 1 kita-area Open, yang dapat berarti bahwa self-awareness serta hubungan interpersonal kita mungkin akan mengalami peningkatan. Luft menawarkan beberapa saran untuk meningkatkan self-awareness kita:
1. Threat tends to decrease awareness; mutual trust tends to increase awareness
2. Forced awareness (exposure) is undesirable and usually ineffective
3. Interpersonal learning means a change has taken place so that Quadrant 1 is larger, and one or more of the other quadrants has grown smaller
4. Sensitivity means appreciating the covert aspects of behavior, in Quadrants 2, 3, and 4 and respecting the desire of others to keep them so (Joseph Luft, Of Human Interaction (Palo Alto, CA: Mayfield, 1969)
Arena (diketahui diri sendiri dan orang lain) tenang, matang
Blind Spot (hanya diketahui oleh orang lain) mampu, menerima, berani, ceria, cerdas, kompleks, energik, ramah, bahagia, membantu, idealis, cerdas, introvert, ramah, berpengetahuan, logis, teliti, terorganisir, sabar, kuat, bangga, tenang, santai, agama, mencari, masuk akal, sentimental, bodoh, hangat, bijaksana
Façade (yang hanya diketahui diri sendiri)
responsif, pemalu, spontan
Unknown (dikenal tidak ada) beradaptasi,
berani, peduli, percaya diri, dapat diandalkan, bermartabat, ekstrover,
memberi, mandiri, cerdas, penuh kasih, sederhana, gugup, reflektif, menonjolkan
diri, sadar diri, simpatik, tegang, dapat dipercaya, cerdas
KASUS :
Dian, gadis pemalu, ia selalu sulit menjalin pergaulan. Sangat jarang ia dapat menceritakan perasaan, keinginan, dan fikiran-fikiran yang ada pada dirinya. Akibatnya, ia kurang dikenal oleh teman sepergaulannya.
Kemungkinan besar, Dian mempunyai daerah publik (A) yang kecil, sedangkan daerah yang tersembunyi lebih besar (C) atau Siti mempunyai daerah buta yang lebih besar (B), sebab kelebihan yang merupakan aset bagi dirinya tidak disadarinya atau dilihat orang lain. Semakin luas daerah A dapat dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang positif. Ia telah tahu, baik dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan dan kelemahan dirinya. Orang semakin bebas untuk menentukan langkahnya, topeng-topeng yang dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia menjadi pribadi yang matang, percaya diri, tidak takut menghadapi kegagalan, dan siap mengahadapi tantangan.
KASUS :
Dian, gadis pemalu, ia selalu sulit menjalin pergaulan. Sangat jarang ia dapat menceritakan perasaan, keinginan, dan fikiran-fikiran yang ada pada dirinya. Akibatnya, ia kurang dikenal oleh teman sepergaulannya.
Kemungkinan besar, Dian mempunyai daerah publik (A) yang kecil, sedangkan daerah yang tersembunyi lebih besar (C) atau Siti mempunyai daerah buta yang lebih besar (B), sebab kelebihan yang merupakan aset bagi dirinya tidak disadarinya atau dilihat orang lain. Semakin luas daerah A dapat dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang positif. Ia telah tahu, baik dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan dan kelemahan dirinya. Orang semakin bebas untuk menentukan langkahnya, topeng-topeng yang dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia menjadi pribadi yang matang, percaya diri, tidak takut menghadapi kegagalan, dan siap mengahadapi tantangan.
PENGENALAN DIRI MELALUI
JENDELA JOHARI
Jendela Johari
dikembangkan oleh Joseph Lufh dan Harry Ingham (sehingga bernama
Johari). Jendela joharu merupakan Kerangka analisis
hubungan yang menggambarkan sebuah jendela yang mencerminkan ‘jendela
komunikasi dan transformasi’ dalam proses memberi dan menerima umpan balik,
baik berbentuk informasi, pujian maupun kritik dari orang lain untuk
kepentingan pengembangan kepribadian seseorang.
Jendela Johari
merupakan hubungan dari pola berikut ini :
I. Daerah Pribadi Terbuka
(Open Self)
Merupakan
jendela saya tahu dan orang lain tahu, yaitu orang mengenal dirinya sendiri dan
orang lain. Open self merupakan bagian diri yang menyajikan semua informasi,
perilaku, sifat, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang diketahui oleh
diri pribadi dan orang lain. Pada keadaan hubungan seperti ini, terdapat
keterbukaan, kesesuaian, dan sedikit alasan untuk bersikap defensif (ngotot).
Daerah ini merupakan daerah ideal yang mencerminkan kepribadian seseorang yang
mau menberi dan menerima saran dan kritik dari orang lain. Makin kecil bagian
open self, makin buruk komunikasi berlangsung.
II. Daerah Pribadi Buta (Blind
Self)
Merupakan daerah ‘Saya tidak Tahu’ dan ‘Orang lain Tahu’, sehingga daerah
ini disebut daerah buta (Blind Self). Dalam daerah ini, orang mengenal pribadi
orang lain tetapi tidak mengenal dirinya sendiri. Daerah ini mencerminkan
kepribadian seseorang yang hanya mau mengkritik, tetapi tidak mau menerima
saran/kritik orang lain. Kepribadian yang keras kepala dan cenderung defensif.
Adanya daerah buta menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif.
III. Daerah Pribadi Tersembunyi
(Hidden Self)
Merupakan daerah ‘Saya Tahu’ dan orang lain ‘tidak tahu’ sehingga daerah
ini disebut daerah tersembunyi. Daerah ini berisi segala sesuatu mengenai diri
pribadi yang diketahui diri yang bersangkutan hanya untuk dirinya sendiri.
Denagn kata lain, orang mengenal dirinya sendiri tetapi diri orang yang bersangkutan
tidak dikenal oleh orang lain. Hasilnya adalah bahwa orang tersebut tetap
tersembunyi dari orang lain karena rasa takut
terhadap kemungkina reaksi orang lain. Pribadi yang pada posisi ini akan
menjaga sikap, pemikiran dan perasaannya sebagai sesuatu yang rahasia.dan tidak
akan membuka kepada orang lain. Daerah ini mencerminkan kepribadian yang hanya
mau meminta saran/informasi dari orang lain, tetapi tidak mau sedikit berbagi
saran dengan orang lain.
IV. Daerah Pribadi tak dikenal
(Undiscovered Self)
Merupakan daerah ‘Saya Tidak Tahu’ dan ‘Orang Lain Tidak Tahu’, sehingga
daerah ini disebut daerah misteri (unknown area). Secara potensial merupakan
situasi yang paling eksplosit. Orang tidak mengenal, baik dirinya sendiri
maupun orang lain. Pribadi pada daerah ini memperlihatkan perasaan, pemikiran
maupun tingkah lakubaik dirinya maupun orang lain tidak
tahu.
KESIMPULAN
DARI JENDELA JOHARI
Apabila seseorang menghendaki segala ide, perasaan,
maupun tingkah lakunya diterima oleh orang lain maka daerah I (daerah terbuka)
harus terbuka lebar. Dan janganlah terlalu berharap akan penghargaan tinggi
terhadap diri dari orang lain. Suatu cara penurunan ‘pribadi tersembunyi’ dan
peningkatan ‘pribadi tebuka’ adalah melalui proses penyingkapan diri ( membuka
diri), yaitu dengan lebih mempercayai orang lain dan mengutarakan informasi
diri kepada orang lain. Untuk mengurangi ‘pribadi buta’dan pada saat yang sama
meningkatkan ‘pribadi terbuka’ seorang individu haruslah mau menerima masukan
dari orang lain, dan menggunakan umpan balik tersebut untuk meningkatkan
ataupun merubah pribadi dirinya sendiri.
Instrumen Pemimpin (Instrumen Lead )
Seorang pemimpin memiliki empat mode kerja, yang bisa ia lakukan secara berganti-ganti dan adaptif. Dan untuk setiap mode, ia perlu instrumen yang tepat. Agar sebuah organisasi bisa tumbuh dan mencapai tujuannya dengan baik, maka paling tidak ada empat aspek yang harus dilakukan:
1. Organisasi: membentuk organisasi dan kulturnya. Ini mengumpulkan orang, membentuk norma, menetapkan nilai-nilai,
2. Bisnis: Menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Ini menetapkan siapa yang hendak dilayani, dan apa target-target utamanya (mencari dan memelihara pelanggan).
3. Program: Mencari kumpulan tindakan dan sikap (tugas, jadwal dan sebagainya). Ini membuat program, daftar milestone, tugas-tugas, jadwal, alokasi resources, serta memonitor pelaksanaannya.
4. Usaha: Melakukan usaha. Ini mengerjakan tugas-tugas sesuai jadwal.
Keempat hal tersebut harus dijalankan dalam organisasi. Untuk itu sang pemimpin harus bekerjasama dengan staf nya. Mana yang harus dilakukan oleh pemimpin dan mana yang harus dilakukan oleh staf. Seorang pemimpin harus dapat fleksibel dan adaptif. Bergantung situasi, ia bisa bekerja dalam satu dari empat mode berganti-ganti:
1. Mode Konten: pemimpin melakukan tugas 1, 2, 3, dan 4 sekaligus.
2. Mode Sikap: pemimpin melakukan tugas 1, 2, dan 3. Sedangkan tugas 4 dikerjakan oleh staf.
3. Mode Hasil: pemimpin melakukan tugas 1 dan 2. Sedangkan tugas 3 dan 4 dikerjakan oleh staf.
4. Mode Konteks: pemimpin melakukan tugas 1. Sedangkan tugas 2, 3, dan 4 dikerjakan staf.
Apakah instrumen itu? Instrumen adalah alat bantu yang memungkinkan kita sebagai manusia biasa bisa melakukan tugas yang melampaui batasan alamiah kita. Misalnya, otot manusia hanya mampu mengangkat dan memindahkan barang seberat maksimum 40 kg. Maka ia membutuhkan instrumen, seperti forklift atau traktor, untuk mengangkat dan memindahkan barang yang beratnya ber-kuintal dan ber-ton-ton.
Demikian juga dalam berorganisasi, ada batas kekuatan natural manusia dalam mengerjakan keempat aspek di atas. Untuk itu ia perlu bekerja sama. Tapi kerjasama ini harus diset-up dalam bentuk instrumen kerja. Tanpa ditata dalam instrumen, kumpulan orang ini tetap tidak akan mampu mengangkat beban organisasi.
Untuk aspek membentuk organisasi, diperlukan instrumen rekrutmen manusia serta pembangunan budaya organisasi. Pada esensinya, ini berarti instrumen membangun komunitas belajar. Organisasi menjadi magnet untuk menarik orang-orang yang tepat dan menolak orang-orang yang tidak tepat. Kemudian ada proses untuk membuat anggota organisasi semakin memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan nilai organisasi.
Untuk aspek bisnis (menspesifikasikan tujuan), diperlukan instrumen untuk melihat siapa yang harus kita layani (customers dan users), apa layanan dan produk utama kita untuk memenuhi kebutuhan mereka, siapa saja kompetitor kita dan bagaimana bisa lebih baik dari kompetitor, serta apa yang kita miliki yang menjadi keistimewaan layanan kita itu. Kemudian kita perlu mampu membidik segmen yang tepat, mengestimasi besar dan jumlah layanan yang hendak diberikan, menetapkan fitur-fitur kompetitif, serta mencapai target keberhasilan memperoleh bisnis ini. Perlu instrumen untuk mendapatkan dan memelihara pelanggan.
Untuk aspek program (perencanaan), diperlukan instrumen untuk melakukan perancanaan program dan proyek. Instrumen ini menerjemahkan fitur-fitur dan target-target ke dalam program perencanaan yang dapat dieksekusi. Program perencanaan ini berisikan daftar tugas-tugas (tasks) beserta jadwal pelaksanaannya, dan alokasi sumber daya untuk pelaksanaannya.
Untuk aspek usaha, diperlukan instrumen untuk memobilisasi sumber daya organisasi secara maksimal dalam durasi yang direncanakan untuk melakukan dan melaksanakan tugas-tugas. Ini berarti menjalankan tugas operasional dan tugas pengembangan. Ini berarti instrumen untuk mengubah sumber daya unggulan dan finansial menjadi hasil.
Jadi keberhasilan kita dalam memimpin ditentukan oleh pemahaman akan esensi dari tugas kita, mode kita beroperasi, dan instrumen kita dalam menjalankan tugas kita.
Sedangkan John W. Gardner berkata, “Jika saya harus menyebut instrumen kepemimpinan serbaguna, jawaban saya, komunikasi.” Jika Anda pernah membaca buku-buku Maxwell, Anda tentu tahu bahwa Maxwell percaya
penyebab jatuh bangunnya segala sesuatu adalah kepemimpinan. Yang belum Maxwell sebut ialah bahwa penyebab jatuh-bangunnya kepemimpinan adalah komunikasi.
Saat memimpin tim, Maxwell menyarankan agar menjadikan standar di bawah ini sebagai pedoman ketika berkomunikasi dengan anak buah
Seorang pemimpin memiliki empat mode kerja, yang bisa ia lakukan secara berganti-ganti dan adaptif. Dan untuk setiap mode, ia perlu instrumen yang tepat. Agar sebuah organisasi bisa tumbuh dan mencapai tujuannya dengan baik, maka paling tidak ada empat aspek yang harus dilakukan:
1. Organisasi: membentuk organisasi dan kulturnya. Ini mengumpulkan orang, membentuk norma, menetapkan nilai-nilai,
2. Bisnis: Menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Ini menetapkan siapa yang hendak dilayani, dan apa target-target utamanya (mencari dan memelihara pelanggan).
3. Program: Mencari kumpulan tindakan dan sikap (tugas, jadwal dan sebagainya). Ini membuat program, daftar milestone, tugas-tugas, jadwal, alokasi resources, serta memonitor pelaksanaannya.
4. Usaha: Melakukan usaha. Ini mengerjakan tugas-tugas sesuai jadwal.
Keempat hal tersebut harus dijalankan dalam organisasi. Untuk itu sang pemimpin harus bekerjasama dengan staf nya. Mana yang harus dilakukan oleh pemimpin dan mana yang harus dilakukan oleh staf. Seorang pemimpin harus dapat fleksibel dan adaptif. Bergantung situasi, ia bisa bekerja dalam satu dari empat mode berganti-ganti:
1. Mode Konten: pemimpin melakukan tugas 1, 2, 3, dan 4 sekaligus.
2. Mode Sikap: pemimpin melakukan tugas 1, 2, dan 3. Sedangkan tugas 4 dikerjakan oleh staf.
3. Mode Hasil: pemimpin melakukan tugas 1 dan 2. Sedangkan tugas 3 dan 4 dikerjakan oleh staf.
4. Mode Konteks: pemimpin melakukan tugas 1. Sedangkan tugas 2, 3, dan 4 dikerjakan staf.
Apakah instrumen itu? Instrumen adalah alat bantu yang memungkinkan kita sebagai manusia biasa bisa melakukan tugas yang melampaui batasan alamiah kita. Misalnya, otot manusia hanya mampu mengangkat dan memindahkan barang seberat maksimum 40 kg. Maka ia membutuhkan instrumen, seperti forklift atau traktor, untuk mengangkat dan memindahkan barang yang beratnya ber-kuintal dan ber-ton-ton.
Demikian juga dalam berorganisasi, ada batas kekuatan natural manusia dalam mengerjakan keempat aspek di atas. Untuk itu ia perlu bekerja sama. Tapi kerjasama ini harus diset-up dalam bentuk instrumen kerja. Tanpa ditata dalam instrumen, kumpulan orang ini tetap tidak akan mampu mengangkat beban organisasi.
Untuk aspek membentuk organisasi, diperlukan instrumen rekrutmen manusia serta pembangunan budaya organisasi. Pada esensinya, ini berarti instrumen membangun komunitas belajar. Organisasi menjadi magnet untuk menarik orang-orang yang tepat dan menolak orang-orang yang tidak tepat. Kemudian ada proses untuk membuat anggota organisasi semakin memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan nilai organisasi.
Untuk aspek bisnis (menspesifikasikan tujuan), diperlukan instrumen untuk melihat siapa yang harus kita layani (customers dan users), apa layanan dan produk utama kita untuk memenuhi kebutuhan mereka, siapa saja kompetitor kita dan bagaimana bisa lebih baik dari kompetitor, serta apa yang kita miliki yang menjadi keistimewaan layanan kita itu. Kemudian kita perlu mampu membidik segmen yang tepat, mengestimasi besar dan jumlah layanan yang hendak diberikan, menetapkan fitur-fitur kompetitif, serta mencapai target keberhasilan memperoleh bisnis ini. Perlu instrumen untuk mendapatkan dan memelihara pelanggan.
Untuk aspek program (perencanaan), diperlukan instrumen untuk melakukan perancanaan program dan proyek. Instrumen ini menerjemahkan fitur-fitur dan target-target ke dalam program perencanaan yang dapat dieksekusi. Program perencanaan ini berisikan daftar tugas-tugas (tasks) beserta jadwal pelaksanaannya, dan alokasi sumber daya untuk pelaksanaannya.
Untuk aspek usaha, diperlukan instrumen untuk memobilisasi sumber daya organisasi secara maksimal dalam durasi yang direncanakan untuk melakukan dan melaksanakan tugas-tugas. Ini berarti menjalankan tugas operasional dan tugas pengembangan. Ini berarti instrumen untuk mengubah sumber daya unggulan dan finansial menjadi hasil.
Jadi keberhasilan kita dalam memimpin ditentukan oleh pemahaman akan esensi dari tugas kita, mode kita beroperasi, dan instrumen kita dalam menjalankan tugas kita.
Sedangkan John W. Gardner berkata, “Jika saya harus menyebut instrumen kepemimpinan serbaguna, jawaban saya, komunikasi.” Jika Anda pernah membaca buku-buku Maxwell, Anda tentu tahu bahwa Maxwell percaya
penyebab jatuh bangunnya segala sesuatu adalah kepemimpinan. Yang belum Maxwell sebut ialah bahwa penyebab jatuh-bangunnya kepemimpinan adalah komunikasi.
Saat memimpin tim, Maxwell menyarankan agar menjadikan standar di bawah ini sebagai pedoman ketika berkomunikasi dengan anak buah
1. Tetaplah konsisten. Anggota tim selalu frustasi pada pimpinan yang tidak mampu membuat keputusan. Gordon Bethune memperoleh dukungan tim ketika memimpin Continental Airlines karena konsisten komunikasinya. Anak buahnya yakin mereka bisa mengandalkan dirinya dan ucapannya.
2. Berkomunikasilah dengan jelas. Tim tidak akan dapat melaksanakan rencana kita jika tidak tahu apa yang kita inginkan. Jangan coba-coba menyilaukan siapa pun dengan kecerdasan Anda. Buatlah orang terkesan dengan kejujuran Anda.
3. Jagalah kesopanan. Setiap orang layak diperlakukan dengan santun, apa pun posisi orang itu dan bagaimana riwayat Anda dengannya. Dengan bersikap sopan terhadap anak buah, Anda membawa keselarasan bagi organisasi secara keseluruhan.
Jangan lupa, karena Anda seorang pemimpin, komunikasi Anda harus bisa menciptakan keselarasan interaksi antara para anak buah. Tim senantiasa mencerminkan pemimpinnya. Jangan lupa bahwa komunikasi yang baik bukanlah komunikasi satu arah. Komunikasi tidak boleh bersifat top-down atau bergaya diktator. Pemimpin terbaik akan mendengarkan, mengajak, dan mendorong partisipasi anggota tim.
BAB III
KESIMPULAN
I. Konsep Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai
suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola
atau bentuk tertentu.
Instrumen Pemimpin
(Instrumen Lead )
Seorang pemimpin memiliki empat mode kerja, yang bisa ia lakukan secara berganti-ganti dan adaptif. Dan untuk setiap mode, ia perlu instrumen yang tepat. Agar sebuah organisasi bisa tumbuh dan mencapai tujuannya dengan baik, maka paling tidak ada empat aspek yang harus dilakukan:
1. Organisasi: membentuk organisasi dan kulturnya. Ini mengumpulkan orang, membentuk norma, menetapkan nilai-nilai,
2. Bisnis: Menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Ini menetapkan siapa yang hendak dilayani, dan apa target-target utamanya (mencari dan memelihara pelanggan).
3. Program: Mencari kumpulan tindakan dan sikap (tugas, jadwal dan sebagainya). Ini membuat program, daftar milestone, tugas-tugas, jadwal, alokasi resources, serta memonitor pelaksanaannya.
4. Usaha: Melakukan usaha. Ini mengerjakan tugas-tugas sesuai jadwal.
Keempat hal tersebut harus dijalankan dalam organisasi. Untuk itu sang pemimpin harus bekerjasama dengan staf nya.
Seorang pemimpin memiliki empat mode kerja, yang bisa ia lakukan secara berganti-ganti dan adaptif. Dan untuk setiap mode, ia perlu instrumen yang tepat. Agar sebuah organisasi bisa tumbuh dan mencapai tujuannya dengan baik, maka paling tidak ada empat aspek yang harus dilakukan:
1. Organisasi: membentuk organisasi dan kulturnya. Ini mengumpulkan orang, membentuk norma, menetapkan nilai-nilai,
2. Bisnis: Menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Ini menetapkan siapa yang hendak dilayani, dan apa target-target utamanya (mencari dan memelihara pelanggan).
3. Program: Mencari kumpulan tindakan dan sikap (tugas, jadwal dan sebagainya). Ini membuat program, daftar milestone, tugas-tugas, jadwal, alokasi resources, serta memonitor pelaksanaannya.
4. Usaha: Melakukan usaha. Ini mengerjakan tugas-tugas sesuai jadwal.
Keempat hal tersebut harus dijalankan dalam organisasi. Untuk itu sang pemimpin harus bekerjasama dengan staf nya.
JENDELA JOHARI DAN INSTRUMENTASI LEAD
Jendela Johari
Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi. Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela.
Jendela Johari
Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi. Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar